Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.
Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.
Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia?
Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia (Ki Hajar Dewantara).
Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Di tandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM).
Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya, membuat kita mengenang ke masa silam pada awal masa perjuangan dulu, ketika bangsa kita ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Dimana penderitaan dan kebodohan mendera di setiap kehidupan masyarakat yang terjajah di bawah kekuasaan bangsa lain.
Momentum lahirnya Taman Siswa yang didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soeryaningrat (1889 – 1959) atau lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara membangkitkan semangat pendidikan untuk mencerdaskan rakyat dan melepaskan diri dari belenggu kebodohan akibat menjadi bangsa terjajah.
Sejarah selalu mencatat, kebangkitan suatu bangsa selalu ditandai dengan lahirnya masyarakat yang terdidik. Seperti kebangkitan Jerman dan Jepang setelah Perang Dunia II, dengan banyaknya pemuda-pemuda yang terpelajar untuk belajar di negara lain agar bangkit dari keterpurukan akibat perang yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan.
Pendidikan dalam konteks resmi dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam Pasal 31 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa; ” Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran”, dan dalam Alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya berbunyi; “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, membuktikan bahwa salah satu tujuan dari pembangunan adalah pendidikan untuk mencerdaskan masyarakat.
Akh… Betapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Tetapi mengapa biaya pendidikan sangat mahal di masa sekarang ini?